MAKALAH
KEBUDAYAAN ADAT BETAWI
![https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/1/19/Logo_Gunadarma.jpg](https://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/1/19/Logo_Gunadarma.jpg)
Disusun oleh :
1. ADE AGUSTIAN 10116093
2.
ALIFA SABILLAH
10116605
3.
DEKI PANCA PERADIAN
11116782
4.
HARRIY PRIMA YULIANTO
13116230
5.
MUHAMMAD HADI S
14116881
5.
NAILA MARATUS SOLIKHAH
15116290
6.
REZKY AUDIANSYAH PUTRA
18116161
1KA14
PROGRAM STUDI
SISTEM INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN
TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2016/2017
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh,
Segala Puji
Syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karna atas rahmat dan
karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah ini.tanpa pertolongan-Nya mungkin
kami tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik, shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita Muhammad SAW.
Makalah ini
disususn agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Kebudayaan Adat Betawi”,
yang kami sajikan dalam pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini disusun
oleh kami degan berbagai rintangan. Baik itu yang datang pada diri kami maupun
dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini
memuat tentang “Kebudayaan Adat Betawi” yang sangat dekat sekali dalam
kehidupan masyarakat sekitar. Untuk itu kami berharap dengan adanya makalah ini
dapat menambah pengetahan tentang salah satu kebudayaan di indonesia yang hampir
sebagian orang melupakannya
Semoga dengan
adanya makalah ini dapat menjadikan masyarakat yang lebih baik lagi.
Depok, 17 april 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
1. KATA
PENGANTAR………………………………………………………1
2. DAFTAR
ISI………………………………………………………………11
3. BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………111
A. LATAR
BELAKANG…………………………………………………..1
B. RUMUSAN
MASALAH……………………………………………….2
C. TUJUAN
PENULISAN.………………………………………………..3
4. BAB
PEMBAHASAN……………………….……………………………1V
A. SEJARAH ASAL USUL SUKU
BETAWI………..…………………….1
B. UPACARA PERNIKAHAN SUKU
BETAWI………………………….2
C. RUMAH ADAT
BETAWI………………………………………………3
D. MAKANAN KHAS
BETAWI………………………………………….4
E. PERILAKU DAN SIFAT DARI SUKU
BETAWI……………………...5
F. KEPERCAYAAN SUKU
BETAWI…………………………………….6
G. SENI DAN KEBUDAYAAN SUKU
BETAWI………………………..7
H. BAHASA YANG DIPAKAI SUKU
BETAWI…………………………8
I. MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT
BETAWI…………………..9
5. BAB
PENUTUP…………………………………………………………….V
A. SIMPULAN……………………………………………………………..1
B. SARAN………………………………………………………………….2
5. DAFTAR PUSTAKA……………….………………………………………V
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk hidup
yang diciptakan oleh tuhan sebagai makhluk sosial dan berbudaya, hal ini dapat
kita lihat dari perkembanganmanusia yang ditandai dengan adanya peradaban
-peradaban yang ada serta budaya yang sudah terbentu.manusia mendiami suatu
wilayah yang berbeda. Hal ini membuat adat istiadat, kebudayaan, dan
keperibadian setiap manusia suatu wilayah berbeda satu dengan yang lainnya.
Namun dapat dibedakan secara garis besar terdapat pembagian tiga wilayah,
yaitu: barat, timur tengah, dan timur.
Indonesia adalah termaksuk
ke dalam bangsa timur, yang dikenal sebagai bangsa yang berkepribadian baik.
Bangsa timur telah dikenal oleh dunia sebagai bangsa yang ramah dan bersahabat.
Orang-orang dari wilayah lain sangan menyukai orang timur dikarenakan
keperibadian orang timur yang tidak individualitas dan saling tolong menolong
satu dengan yang lainnya.
Menurut Solo Soemarjan
menjelaskan bahwa yang dimaksud masyarakatb adalah manusia yang hidup bersama
dan menghasilkan kebudayaan.dengan demikian tidak ada masyarakat yang tidak
mempunyai kebudayaan. Sebaliknya tidak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai
wadah pendahulunya. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat
adalah orang-orang yang hidup bersama untuk melakukan berbagai kegiatan bagi
kepentingan bersama atau sebagian besar hidupnya berada dalam kehidupan budaya.
Suku Betawi berasal dari
hasil kawin antar etnis dan bangsa di masa lalu secara biologis. Kata Betawi
digunakan untuk menyatakan suku asli yang menghuni di Jakarta dan Bahasa Melayu
Kreol adalah bahasa yang digunakannya, dan juga kebudayaan melayunya adalah
kebudayaannya. Kata Betawi sebenarnya dari kata “Batavia”, yaitu nama kuno
Jakarta yang pernah diberikan oleh Belanda. Jadi, sangatlah menarik bila
diteliti secara struktur, proses dan pertumbuhan sosial suku Betawi mulai dari
sejarah, bahasa, kepercayaan, profesi prilaku, wilayah, seni dan budaya
B. RUMUSAN MASALAH
Dari untaian kata diatas,
kami ingin menjelaskan kepada masyarakat mengenai batasan dan rumusan masalah
dalam beberapa point penting:
1. Bagaimana sejarah asal usul
suku Betawi
2. Bagaimana upacara pernikahan
dari Suku Betawi
3. Apakah rumah adat betawi
4. Apa saja makanan khas betawi
5. Bagaimana perilaku dan sifat
dari Suku Betawi
6. Apa saja kepercayaan Suku
Betawi
7. Apa saja seni dan kebudayaan
Suku Betawi
8. Apa bahasa yang dipaka Suku
Betawi
9. Bagaimana mata pencarian
Suku Betawi
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan dari
makalah kami ini adalah untuk mengetahui secara mendalami dan mengetahui
sejarah dari Suku Betawi dari segala aspeknya. Adapun manfaat dari penulisan
kami ini yaitu agar dapat menambah pengetahuan tentang proses dan pertumbuhan
sosial Suku betawi
BAB 11
PEMBAHASAN
A. SEJARAH ASAL USUL SUKU
BETAWI
Ada tiga pendapat yang menjelaskan
tentang sejarah suku Betawi, yaitu :
1. Pendapat pertama
Pendapat pertama mengatakan bahwa Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa lalu yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Sehingga etnis betawi disebut sebagai pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok seperti orang Sunda, Melayu, Jawa, Arab, Bali, Bugis, Makassar, Ambon, dan Tionghoa.
2. Pendapat kedua
Pendapat kedua menurut sejarawan Sagiman MD etnis Betawi telah mendiami Jakarta dan sekitarnya sejak zaman batu baru atau pada zaman Neoliticum. Ia berpendapat bahwa penduduk asli Betawi adalah penduduk Nusa Jawa sebagaimana orang Sunda, Jawa, dan Madura.
Pendapat tersebut juga dipertegas dengan Uka Tjandarasasmita yang mengeluarkan monografinya "Jakarta Raya dan Sekitarnya Dari Zaman Prasejarah Hingga Kerajaan Pajajaran (1977)". Dalam monografinya mengungkapkan bahwa Penduduk Asli Jakarta telah ada pada sekitar tahun 3500 – 3000 SM.
3. Pendapat ketiga
Lance Castles yang pernah melakukan penelitian tentang Penduduk Jakarta dimana Jurnal Penelitiannya diterbitkan tahun 1967 oleh Cornell University yang mengatakan bahwa secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis yang ada di Indonesia (Sunda, Melayu, Jawa, Bali, Bugis, Makassar,dan Ambon) maupun dari luar seperti Arab, India, Tionghoa dan Eropa.
Penelitian yang dilakukan Lance Castles tersebut menitik beratkan pada empat sketsa sejarah yaitu:
1. Pendapat pertama
Pendapat pertama mengatakan bahwa Suku Betawi berasal dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa lalu yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Sehingga etnis betawi disebut sebagai pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok seperti orang Sunda, Melayu, Jawa, Arab, Bali, Bugis, Makassar, Ambon, dan Tionghoa.
2. Pendapat kedua
Pendapat kedua menurut sejarawan Sagiman MD etnis Betawi telah mendiami Jakarta dan sekitarnya sejak zaman batu baru atau pada zaman Neoliticum. Ia berpendapat bahwa penduduk asli Betawi adalah penduduk Nusa Jawa sebagaimana orang Sunda, Jawa, dan Madura.
Pendapat tersebut juga dipertegas dengan Uka Tjandarasasmita yang mengeluarkan monografinya "Jakarta Raya dan Sekitarnya Dari Zaman Prasejarah Hingga Kerajaan Pajajaran (1977)". Dalam monografinya mengungkapkan bahwa Penduduk Asli Jakarta telah ada pada sekitar tahun 3500 – 3000 SM.
3. Pendapat ketiga
Lance Castles yang pernah melakukan penelitian tentang Penduduk Jakarta dimana Jurnal Penelitiannya diterbitkan tahun 1967 oleh Cornell University yang mengatakan bahwa secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis yang ada di Indonesia (Sunda, Melayu, Jawa, Bali, Bugis, Makassar,dan Ambon) maupun dari luar seperti Arab, India, Tionghoa dan Eropa.
Penelitian yang dilakukan Lance Castles tersebut menitik beratkan pada empat sketsa sejarah yaitu:
1.
Daghregister, yaitu catatan harian tahun 1673 yang dibuat
Belanda yang berdiam di dalam kota benteng Batavia.
2.
Catatan Thomas Stanford Raffles dalam History of Java pada
tahun 1815.
3.
Catatan penduduk pada Encyclopaedia van Nederlandsch Indie
tahun 1893
4.
Sensus penduduk yang dibuat pemerintah Hindia Belanda pada
tahun 1930.
Etimologi Betawi
Menurut para ahli dan sejarahwan asal mula kata Betawi mengacu pada pendapat berikut:
1. Pitawi (bahasa Melayu Polynesia Purba) yang artinya larangan. Perkataan ini mengacu pada komplek bangunan yang dihormati di Batu Jaya. Sejarahwan Ridwan Saidi mengaitkan bahwa Kompleks Bangunan di Batu Jaya, Karawang merupakan sebuah Kota Suci yang tertutup, sementara Karawang, merupakan Kota yang terbuka.
2. Betawi (Bahasa Melayu Brunei) di mana kata "Betawi" digunakan untuk menyebut giwang. Nama ini mengacu pada ekskavasi di Babelan, Kabupaten Bekasi, yang banyak ditemukan giwang dari abad ke-11 M.
3. Flora guling Betawi (cassia glauca), famili papilionaceae yang merupakan jenis tanaman perdu yang kayunya bulat seperti guling dan mudah diraut serta kokoh. Dahulu kala jenis batang pohon Betawi banyak digunakan untuk pembuatan gagang senjata keris atau gagang pisau.
Kemungkinan nama Betawi yang berasal dari jenis tanaman pepohonan ada kemungkinan benar. Menurut Sejarahwan Ridwan Saidi Pasalnya, beberapa nama jenis flora selama ini memang digunakan pada pemberian nama tempat atau daerah yang ada di Jakarta, seperti Gambir, Krekot, Bintaro, Grogol dan banyak lagi. "Seperti Kecamatan Makasar, nama ini tak ada hubungannya dengan orang Makassar, melainkan diambil dari jenis rerumputan"
Sehinga Kata "Betawi" bukanlah berasal dari kata "Batavia" (nama lama kota Jakarta pada masa Hindia Belanda), dikarenakan nama Batavia lebih merujuk kepada wilayah asal nenek moyang orang Belanda.
B. UPACARA
PERNIKAHAN SUKU BETAWI
Sebelum diadakan akad nikah secara
adat, terlebih dahulu harus dilakukan rangkaian pra-akad nikah yang terdiri
dari:
1.
Masa dipiare, yaitu masa calon none mantu
dipelihara oleh tukang piara atau tukang rias. Masa piara ini dimaksudkan untuk
mengontrol kegiatan, kesehatan, dan memelihara kecantikan calon none mantu
untuk menghadapi hari akad nikah nanti.
2.
Acara mandiin calon pengantin wanita yang
dilakukan sehari sebelum akad nikah. Biasanya, sebelum acara siraman dimulai,
mempelai wanita dipingit dulu selama sebulan oleh dukun manten atau tukang
kembang. Pada masa pingitan itu, mempelai wanita akan dilulur dan berpuasa
selama seminggu agar pernikahannya kelak berjalan lancar.
3.
Acara tangas atau acara kum. Acara ini identik
dengan mandi uap yang tujuanya untuk membersihkan bekas-bekas atau sisa-sisa
lulur yang masih tertinggal. Pada prosesi itu, mempelai wanita duduk di atas
bangku yang di bawahnya terdapat air godokan rempah-rempah atau akar pohon
Betawi. Hal tersebut dilakukan selama 30 menit sampai mempelai wanita
mengeluarkan keringat yang memiliki wangi rempah, dan wajahnya pun menjadi
lebih cantik dari biasanya.
4.
Acara ngerik atau malem pacar. Dilakukan
prosesi potong cantung atau ngerik bulu kalong dengan menggunakan uang logam
yang diapit lalu digunting. Selanjutnya melakukan malam pacar, di mana mempelai
memerahkan kuku kaki dan kuku tangannya dengan pacar.
Setelah rangkaian tersebut
dilaksanakan, tibalah pada pelaksanaan akad nikah. Calon tuan mantu berangkat
menuju rumah calon none mantu dengan membawa rombongan yang biasa disebut
rudat. Mempelai pria dan keluarganya mendatangi kediaman mempelai wanita dengan
menggunakan andong atau delman hias. Kedatangan mempelai pria dan keluarga
tersebut ditandai dengan petasan sebagai sambutan atas kedatangan mereka.
Sedangkan barang yang dibawa pada akad nikah tersebut antara lain:
1.
sirih nanas lamaran
2.
sirih nanas hiasan
3.
mas kawin
4.
miniatur masjid yang berisi uang belanja
5.
sepasang roti buaya
6.
sie atau kotak berornamen Cina untuk tempat
sayur dan telor asin
7.
jung atau perahu cina yang menggambarkan
arungan bahtera rumah tangga
8.
hadiah pelengkap
9.
kue penganten
10.
kekudang artinya suatu barang atau makanan atau
apa saja yang sangat disenangi oleh none calon mantu sejak kecil sampai dewasa
Pada prosesi ini mempelai pria
betawi tidak boleh sembarangan memasuki kediaman mempelai wanita. Maka, kedua
belah pihak memiliki jagoan-jagoan untuk bertanding, yang dalam upacara adat
dinamakan “Buka Palang Pintu”. Pada prosesi tersebut, terjadi dialog antara
jagoan pria dan jagoan wanita, kemudian ditandai pertandingan silat serta
dilantunkan tembang Zike atau lantunan ayat-ayat Al Quran. Semua itu merupakan
syarat di mana akhirnya mempelai pria diperbolehkan masuk untuk menemui orang
tua mempelai wanita.
Pada saat akad nikah, mempelai
wanita Betawi memakai baju kurung dengan teratai dan selendang sarung songket.
Kepala mempelai wanita dihias sanggul sawi asing serta kembang goyang sebanyak
5 buah, serta hiasan sepasang burung Hong. Kemudian pada dahi mempelai wanita
diberi tanda merah berupa bulan sabit yang menandakan bahwa ia masih gadis saat
menikah.
Sementara itu, mempelai pria
memakai jas Rebet, kain sarung plakat, hem, jas, serta kopiah, ditambah baju
gamis berupa jubah Arab yang dipakai saat resepsi dimulai. Jubah, baju gamis,
dan selendang yang memanjang dari kiri ke kanan serta topi model Alpie berari
harapan agar rumah tangga selalu rukun dan damai.
Setelah upacara pemberian seserahan
dan akad nikah, mempelai pria membuka cadar yang menutupi wajah pengantin
wanita untuk memastikan apakah benar pengantin tersebut adalah dambaan hatinya
atau wanita pilihannya. Kemudian mempelai wanita mencium tangan mempelai pria.
Selanjutnya, kedua mempelai diperbolehkan duduk bersanding di pelaminan (puade).
Pada saat inilah dimulai rangkaian acara yang dikenal dengan acara kebesaran.
Adapun upacara tersebut ditandai dengan tarian kembang Jakarta untuk menghibur
kedua mempelai, lalu disusul dengan pembacaan doa yang berisi wejangan untuk
kedua mempelai dan keluarga kedua belah pihak yang tengah berbahagia.
Menariknya dalam adat betawi,
setelah pasangan memepelai resmi berstatus suami dan istri, mereka tidak
langsung bisa melakukan hubungan badan. Aturannya ialah sang istri harus jual
mahal terhadap ajakan suami untuk melakukan hubungan intim, sehingga sang suami
harus melwati ‘malem negor’, yakni merayu sampai sang istri luluh hatinya dan
mau diajak masuk kamar. Tak hanya dengan sekadar kata-kata, ‘uang tegor’ pun
menjadi bagian dari bujuk rayu sang suami.
C. RUMAH ADAT
BETAWI
Rumah adat Betawi terdapat
2 jenis
1. Rumah Bapang atau sering disebut rumah kebaya. Ciri khas rumah ini adalah teras rumahnya yang luas disanalah ruang tamu dan bale tempat santai pemilik rumah berada, semi terbuka hanya di batasi pagar setinggi 80 cm dan biasanya lantainya lebih tinggi dari permukaan tanah dan terdapat tangga terbuat dari batubata di semen paling banyak 3 anak tangga. Depan dan sekeliling rumah adalah halaman rumah yang luas baru pagar paling luar dari rumah tersebut. Bentuknya sederhana dan terbuat dari kayu dengan ukiran khas betawi dengan bentuk rumah kotak ( dibangun diatas tanah berbetuk kotak). Rumah Bapang terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, ruang tidur, kamar mandi, dapur dan teras extra luas.
2. Rumah Gudang. sudah bisa di tebak dari namanya, Rumah adat betawi yang ini berdiri di atas tanah yang berbentuk persegi panjang, rumahnya memanjang depan ke belakang. Atap rumahnya tampak seperti pelana kuda atau perisai, dan di bagian muka rumah terdapat atap kecil.
1. Rumah Bapang atau sering disebut rumah kebaya. Ciri khas rumah ini adalah teras rumahnya yang luas disanalah ruang tamu dan bale tempat santai pemilik rumah berada, semi terbuka hanya di batasi pagar setinggi 80 cm dan biasanya lantainya lebih tinggi dari permukaan tanah dan terdapat tangga terbuat dari batubata di semen paling banyak 3 anak tangga. Depan dan sekeliling rumah adalah halaman rumah yang luas baru pagar paling luar dari rumah tersebut. Bentuknya sederhana dan terbuat dari kayu dengan ukiran khas betawi dengan bentuk rumah kotak ( dibangun diatas tanah berbetuk kotak). Rumah Bapang terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, ruang tidur, kamar mandi, dapur dan teras extra luas.
2. Rumah Gudang. sudah bisa di tebak dari namanya, Rumah adat betawi yang ini berdiri di atas tanah yang berbentuk persegi panjang, rumahnya memanjang depan ke belakang. Atap rumahnya tampak seperti pelana kuda atau perisai, dan di bagian muka rumah terdapat atap kecil.
Rumah
Betawi berstruktur rangka kayu atau bambu, sementara alasnya berupa tanah dan
di tekel atau di semen. Keunikannya dan ciri khas dari rumah betawi terletak
pada lisplank rumah ini adalah terbuat dari material kayu papan yang diukir
dengan ornamen segitiga berjajar yang diberi nama ’gigi balang’ khas banget
betawinya. Di bagian tengah dari rumah tersebut di pakai sebagai ruang tinggal
di dalamnya ada kamar tidur, ruang makan, dapur dan kamar mandi dibatasi
dinding kayu tertutup dan beberapa jendela untuk ventilasi udara, di luarnya
merupakan terasi-teras terbuka yang dikelilingi pagar karawang rendah yang juga
bermaterialkan kayu, genteng untuk atab rumah bermaterialkan tanah. Dinding
bagian depan dari rumah ini biasanya bersistem knock down atau bisa di bongkar
pasang berguna jika pemilik rumah menyelenggarakan hajatan yang membutuhkan
ruang lebih luas.
D.
MAKANAN KHAS SUKU BETAWI
1. kerak
telor
2. Nasi uduk
3. Nasi
ulam
4. Ketupat
sayur/lontong sayur
5. Gado-gado
6. Ketoprak
7. Semur
jengkol
8. Laksa
betawi
9. Pindang
bandeng
10. Soto
betawi
11. Soto
tangkar
E.
PERILAKU SUKU BETAWI
Nilai-nilai kebetawian yang mengakar dalam
kehidupan masyarakat Betawi melahirkan karakter yang tegas dan sabar pada diri
orang Betawi. Walaupun hidup dalam kesusahan, orang Betawi tidak akan menjual
keyakinan mereka. Sesuatu yang telah mereka anut sejak kecil tidak akan mudah
pudar begitu saja hanya karena kesusahan atau iming-iming harta-benda. Kehidupan
bagi orang Betawi adalah sebuah perjuangan dan kerja keras yang terus berlanjut
hingga kematian tiba. Oleh karena itu, karakter pantang menyerah dan selalu
mencari jalan keluar adalah ciri dari orang betawi asli. Dalam mengatasi
masalah hidup menjadi kekuatan tersendiri masyarakat Betawi. Karakter ini juga
melahirkan sifat berani menghadapi tantangan apa pun pada diri orang Betawi
selama mereka meyakini apa yang mereka pilih itu benar. Gambaran lain orang
Betawi adalah sebuah penggambaran watak seorang manusia yang menghargai
kejujuran dan keterbukaan. Kejujuran dan keterbukaan dalam masyarakat Betawi
merupakan hal yang sangat esensial dan tampak dalam keseharian mereka, seperti
terlihat dalam komunikasi mereka sehari-hari. Kejujuran masyarakat Betawi ini
terlihat menonjol pada pola komunikasi mereka yang apa adanya, hampir jarang
ditemui kata-kata untuk memperhalus maksud pembicaraan. Jika mereka mengatakan
Hitam, maka akan dikatakan hitam, putih dikatakan putih, tidak dilebih-lebihkan
atau dikurang-kurangi. Keterbukaan masyarakat Betawi menghadirkan rasa
toleransi yang tinggi mereka terhadap kaum pendatang. Hal ini sudah terjadi
sejak beratus-ratus tahun yang lalu hingga kini. Keterbukaan ini pun membuat
kebudayaan Betawi menjadi semakin semarak dengan masuknya unsur-unsur budaya
kaum pendatang yang berasimilasi dengan kebudayaan Betawi sendiri. Keterbukaan
ini membuat masyarakat Betawi tidak menutup diri terhadap kemajuan dan
perkembangan kebudayaan dunia. Akan tetapi, tentunya hal ini bukan berarti mereka
menerima begitu saja kebudayaan yang dibawa para pendatang itu. Mereka juga
mengkritisi kebudayaan itu sebelum mereka terima dalam keseharian mereka.
Keterbukaan dan kejujuran masyarakat Betawi dalam keseharian ini pun melahirkan
sikap orang Betawi humoris. Hal ini mungkin terjadi untuk menghindari
pertengkaran karena sikap terbuka dan jujur mereka yang mungkin akan melukai
hati orang lain. Dengan humor setidaknya sikap jujur mereka terhadap perbuatan
seseorang yang buruk hanya akan ditanggapi main-main atau hanya bercanda oleh
orang itu, walaupun maksudnya menyindir perbuatan orang itu. Kelucuan
masyarakat Betawi umumnya juga terjadi karena keluguan dan kepolosan sikap
mereka terhadap situasi yang mereka hadapi. Bahkan jika kita memperhatikan
dunia hiburan saat ini, kita bisa mendapati jika model lawakan masyarakat
Betawi banyak dimanfaatkan para komedian Indonesia, misalnya bentuk lawakan
yang mengajak penontot terlibat seperti pada lenong yang dibawakan oleh Bolot,
Malih dan teman-teman yang lainnya. Hal ini bukan hanya karena masyarakat
Betawi memiliki sense of humor yang tinggi, tetapi juga karena model humor
masyarakat Betawi hadir karena kejujuran mereka, bukan dibuat-buat. Selain itu,
model humor Betawi juga mengajak penonton untuk aktif dan terlibat langsung
dalam pertunjukkan mereka, seperti terlihat pada pertunjukkan lenong. Hal lain
yang juga menunjukkan gambaran orang Betawi adalah rasa cinta mereka terhadap
bangsa dan negara.
F. KEPERCAYAAN SUKU BETAWI
Di samping kepercayaan terhadap agama yang begitu kuat,
kelompok-kelompok kecil dalam masyarakat Betawi masih mempercayai segala hal
yang bersikap gaib atau supranatural. Adapun beberapa hal yang masih diyakini
oleh kelompok-kelompok kecil dalam masyarakat Betawi tersebut diantaranya adalah ;
Kepercayaan akan dewa-dewa jahat, kepercayaan akan makhluk halus baik maupun
jahat dan kekuatan-kekuatan lain yang diluar logika. Oleh sebab itu ada
beberapa ritual seringkali dilakukan kelompok-kelompok kecil masyarakat Betawi
ini guna menjaga hubungan antara manusia dengan makhluk –makhluk gaib
diantaranya adalah dengan menggelar berbagai upacara atau persembahan.[2]
Kepercayaan
akan kekuatan gaib juga bisa ditemui oleh masyarakat Betawi yang menempati
beberapa wilayah seperti di Kampung Baru Kelapa Dua Wetan, Pondok Ranggon,
Pasar Rebo, yang mempercayai bahwa setiap bayi yang dilahirkan selalu
didampingi dengan empat saudara kandungnya yang tidak bisa dilihat dengan mata.
Empat saudara kandung masing-masing dinamai ; Mbok Tutuban, Nyai Gumelar,
Urihi dan tali ari-ari sebagai saudara yang keempat yang disebut Gebleghi. Tali
ari-ari ini kemudian dikubur dan rohnya menjadi penjaga dan pelindung
saudaranya yang hidup.
Demi
menghormati keempat saudara ini maka dalam berbagai kesempatan,
kelompok-kelompok tertentu dalam komunitas Betawi kerap member sesajen untuk
menghormati keempat saudaranya. Sesajen tersebut dinamakan ancak dan dipasang
di empat penjuru pekarangan rumah ketika sedang menggelar hajatan seperti pesta
perkawinan dan khitanan.
Dalam
upacara tradisional juga sering dibacakan mantra-mantra yang dikenal sebagai ‘
Empat Papat Kelima Pancer ’ Empat papat berarti empat hal atau manusia hidup
harus memperhatikan empat hal yang ada di sekelilingnya maksudnya empat hal
yang ada di penjuru angin termasuk utara, selatan, barat dan timur. Kelima
pancer maksudnya adalah kelima pusat, dari atas kebawah atau sebaliknya. Kelima
Pancer merupakan pencerminan hubungan antara manusia dengan Tuhan sebagai
penciptanya. Empat papat kelima Pancer berarti pola hubungan manusia dengan
sesame secara horizontal dan pola hubungan manusia dengan Tuhan secara
vertikal.
G. SENI DAN KEBDAYAAN BETAWI
Suku Betawi memiliki kesenian
dan kebudayaan yang beragam. Dan berikut kesenian dan kebudayaan dari
masyarakat betawi
1. Rumah adat = rumah kebaya
2. Pakaian adat = untuk laki laki adalah
baju koko, celana batik,kain pelekat
Atau pun sarung yang diikat di leher serta
peci yang
Yang digunakan sedangkan wanita
menggunakan baju
Kurung lengan pendek atau kebaya
Untuk pakaian pernikahan laki-laki memakai
jubah dan
Penutup kepala sedangkan wanita memakai
blus berwrna
Cerah dan bawahnya menggunakan rok atau
yang disebut
Kun yang berwarna gelap dengan model
duyung
3. seni tari = tari topeng.dan Tari cokek
betawi
4. musik = gambang keromong dan tanjidor
5. bela diri = pencak silat, bela diri ini dimainkan oleh dua orang
laki-laki
Dengan menggunakan baju koko, ikat pnggang khas betawi
Serta peci
6.kesenian
= ondel-ondel dan lenong
G. BAHASA SUKU BETAWI
Bahasa
Betawi atau Melayu Dialek Jakarta atau Melayu Batavia (bew)
adalah sebuah bahasa yang merupakan anak bahasa
dari Melayu. Mereka yang menggunakan bahasa ini dinamakan orang Betawi. Bahasa ini hampir seusia dengan nama daerah tempat bahasa ini
dikembangkan, yaitu Jakarta.
Bahasa Betawi adalah bahasa kreol (Siregar, 2005) yang didasarkan pada bahasa Melayu Pasar ditambah
dengan unsur-unsur bahasa Sunda, bahasa Bali, bahasa dari Cina Selatan (terutama bahasa Hokkian), bahasa Arab, serta bahasa dari Eropa, terutama bahasa Belanda dan bahasa Portugis. Bahasa ini pada awalnya dipakai oleh kalangan masyarakat menengah ke
bawah pada masa-masa awal perkembangan Jakarta. Komunitas budak serta pedagang
yang paling sering menggunakannya. Karena berkembang secara alami, tidak ada
struktur baku yang jelas dari bahasa ini yang membedakannya dari bahasa Melayu,
meskipun ada beberapa unsur linguistik penciri yang dapat dipakai, misalnya
dari peluruhan awalan me-, penggunaan
akhiran -in (pengaruh
bahasa Bali), serta peralihan bunyi /a/ terbuka di akhir kata menjadi /e/ atau
/ɛ/ pada beberapa dialek lokal.
F. MATA PENCARIAN MASYRAKAT BATAWI
masyarakat Betawi asli
kebanyakan mencari nafkah dari hasil bertani dan berkebun. Hasil tani atau
hasil kebun kemudian mereka jual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Sementara untuk masyarakat Betawi yang menekuni perkerjaan sebagai petani, mereka
akan menanam beberapa jenis tanaman seperti buah-buahan dan bunga. Buah-buahan
yang mereka tanam bisa berupa; salak, duku, durian, nangka dan melinjo.
Sedangkan untuk jenis tanaman bunga, mereka akan menanam bunga anggrek dan
tanaman hias lainnya.
Selain bertani, masyarakat Betawi, juga sebagian ada yang
terjun di dunia dagang diantaranya adalah dengan membuka warung atau
berkeliling menjajakan makanan-makanan khas betawi seperti asinan, tape uli,
kerak telor, nasi uduk, laksa, dodol, gado-gado, sayur asam dan lain
sebagainya. Pada umumnya masyarakat Betawi sekarang hidup mapan dan kecukupan.
BAB 111
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan
dari kami di atas, maka kami telah menyimpulkanbahwa kesenian dan kebudayaan
Suku Betawi merupakan kebudayaan asli kota Jakarta dan memiliki jenis musik
seperti Gambang Keromong, Tanjidor. Menggukan bahasa dengan 2 dialek. Dari
bidang seni teater terdapat lenong. Kemudian terdapat cerita rakyat serta
Ondel-ondel sebagai pertunjukan khasnya. Ini membuktikan bahwa tiap daerah yang
ada di Indonesia memiliki budaya daerah masing-masing.
B. SARAN
Kita sebagai masyarakat indonesia
yang memiliki banyak seni budaya dari berbagai wilayah harus bisa menjaga
kelestariannya. Upaya dalam menjaga kelestariannya bukan hanya dari pemerintah
saja tapi peran masyarakat dalam menjaga seni budaya sangat di butuhkan agar
seni budaya dapat terjaga kelestariannya
DAFTAR PUSTAKA